♻ Free share ❌ no crop 📲 Follow: @ydeiorid 📥 Poster: @DarelimanOfficial
𝗧𝗨𝗚𝗔𝗦𝗠𝗨 𝗛𝗔𝗡𝗬𝗔 𝗠𝗘𝗡𝗬𝗔𝗠𝗣𝗔𝗜𝗞𝗔𝗡, 𝗕𝗨𝗞𝗔𝗡 𝗠𝗘𝗡𝗚𝗨𝗕𝗔𝗛
Kita hendaknya senantiasa berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan melakukan semua kewajiban dan meninggalkan seluruh yang diharamkan. Untuk menjalankan ketakwaan, itu adalah hidayah dari Allah, Rabb kita. sebagaimana dijelaskan oleh Imam Ibnul Qayyim dalam kitab Miftah Daar As-Sa’adah, 1:303-305.
𝗧𝗶𝗻𝗴𝗸𝗮𝘁𝗮𝗻 𝗽𝗲𝗿𝘁𝗮𝗺𝗮: 𝗛𝗶𝗱𝗮𝘆𝗮𝗵 𝘂𝗺𝘂𝗺.
Hidayah ini adalah hidayah pada hewan, manusia, dan setiap makhluk. Allah Ta’ala berfirman,
سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى , الَّذِي خَلَقَ فَسَوَّىٰ , وَالَّذِي قَدَّرَ فَهَدَىٰ
“Sucikanlah nama Rabbmu Yang Maha Tinggi, yang menciptakan, dan menyempurnakan (penciptaan-Nya), dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk.” (QS. Al-A’laa: 1-3). Dalam ayat ini disebutkan empat perkara: (1) khalaqa (menciptakan), (2) fasawwa (menyempurnakan), (3) qaddaro (menentukan kadar sebab maslahat dalam kehidupan dan aktivitas), (4) fahadaa (memberi petunjuk). Memberi petunjuk di sini adalah hidayah umum kepada manusia, hewan, dan setiap makhluk.
𝗧𝗶𝗻𝗴𝗸𝗮𝘁𝗮𝗻 𝗸𝗲𝗱𝘂𝗮: 𝗛𝗶𝗱𝗮𝘆𝗮𝗵 𝗯𝗮𝘆𝗮𝗻 𝘄𝗮 𝗱𝗮𝗹𝗮𝗹𝗮𝗵 (𝗵𝗶𝗱𝗮𝘆𝗮𝗵 𝗽𝗲𝗻𝗷𝗲𝗹𝗮𝘀𝗮𝗻 𝗱𝗮𝗻 𝗽𝗲𝘁𝘂𝗻𝗷𝘂𝗸).
Yang dimaksud adalah hidayah berupa penjelasan kepada hamba dan hal ini tidak mengharuskan mendapatkan hidayah yang sempurna.
Allah Ta’ala berfirman mengenai tingkatan kedua dari hidayah adalah ayat,
وَأَمَّا ثَمُودُ فَهَدَيْنَاهُمْ فَاسْتَحَبُّوا الْعَمَىٰ عَلَى الْهُدَىٰ
“Dan adapun kaum Tsamud, maka mereka telah Kami beri petunjuk tetapi mereka lebih menyukai buta (kesesatan) daripada petunjuk.” (QS. Fussilat: 17)
𝗧𝗶𝗻𝗴𝗸𝗮𝘁𝗮𝗻 𝗸𝗲𝘁𝗶𝗴𝗮: 𝗛𝗶𝗱𝗮𝘆𝗮𝗵 𝘁𝗮𝘂𝗳𝗶𝗸 𝗱𝗮𝗻 𝗶𝗹𝗵𝗮𝗺.
Ada yang diberikan hidayah berupa penjelasan, tetapi belum tentu mendapatkan hidayah taufik.
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ ۚ
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya.” (QS. Al-Qasas: 56)
𝗧𝗶𝗻𝗴𝗸𝗮𝘁𝗮𝗻 𝗸𝗲𝗲𝗺𝗽𝗮𝘁: 𝗛𝗶𝗱𝗮𝘆𝗮𝗵 𝗱𝗶 𝗮𝗸𝗵𝗶𝗿𝗮𝘁 𝗺𝗲𝗻𝘂𝗷𝘂 𝘀𝘂𝗿𝗴𝗮 𝗮𝘁𝗮𝘂 𝗻𝗲𝗿𝗮𝗸𝗮.
Allah Ta’ala berfirman,
احْشُرُوا الَّذِينَ ظَلَمُوا وَأَزْوَاجَهُمْ وَمَا كَانُوا يَعْبُدُونَ , مِنْ دُونِ اللَّهِ فَاهْدُوهُمْ إِلَىٰ صِرَاطِ الْجَحِيمِ
“(kepada malaikat diperintahkan): “Kumpulkanlah orang-orang yang zalim beserta teman sejawat mereka dan sembahan-sembahan yang selalu mereka sembah, selain Allah; maka tunjukkanlah kepada mereka jalan ke neraka.” (QS. As-Saffat: 22-23)
Catatan yang perlu diingat adalah tugas kita ketika menasihati, berdakwah, dan amar makruf nahi mungkar hanyalah sekadar menyampaikan dengan sejelas-jelasnya. Hal ini sebagaimana Allah ingatkan,
وَمَا عَلَيْنَا إِلَّا الْبَلَاغُ الْمُبِينُ
“Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas.” (QS. Yasin: 17)
Jadi ingat, saling menasihati tetap ada, saling mengingatkan tetap ada. Namun, tugas khatib, tugas penceramah, tugas dai, tugas ulama hanyalah sebatas hidayah bayan dan dalalah saja. Sampai pun yang kita dakwahi keluarga dan tetangga kita. Hidayah itu kuasa Allah, tak ada paksaan untuk beragama. Semoga Allah memberikan hidayah kepada kita semua.
Supported by:
🌐 Yayasan Dar el-Iman
Tidak ada komentar